Senin, 13 April 2015

makalah

Bukti Audit


BUKTI AUDIT                                          
            Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi auditor memutuskan apakah laoran keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti audit ini mencakup informasi yang sangat persuasive, seperti perhitungan auditor atas surat berharga yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yangh kurang persuasive, seperti berbagai tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
Berbagai Keputusan Bukti Audit
            Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yangt memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar.
            Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam empat sub keputusan berikut ini:
  1. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
  2. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
  3. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
  4. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

Prosedur Audit  
Adalah rincian intruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit. Seabagai contoh berikut ini adalah suatu prosedur audit untuk pengujian transaksi pengeluaran kas.
Ø      Ambilah buku jurnal pengeluaran kas dan bandingkanlah nama sipembayar, nilai uang, dan tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal pengeluaran kas.



Ukuran Sampel
            Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam ukuran sampel dari hanya satu sampel hingga semua item yang terdapat dalam populasi yang   sedang di uji. Dalam prosedur audit yang telah dibahas diatas, anggaplah bahwa terdapat 6.600 cek yang tercatat dalam buku jurnal pengeluaran kas. Auditor barangkali akan memilih ukuran sampel sebesar 50 cek sebagai perbandingan dengan buku jurnal pengeluaran kas. Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang akan diuji haruslah dibuat oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang ada. Ukuran sampel bagi setiap prosedur tersebut kemungkinan besar akan berbeda antara satu penugasan audit dengan penugasan audit lainnya.

Item-item yang terpilih
            Setelah menentukan ukuran sampel untuk prosedur audit dilakukan, haruslah ditentukan item-item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor memutuskan, umpamanya, untuk memilih 50 cek yang ditangguhkan dari populasi sebesar 6.600 cek sebagai item-item yang akan dibandingkan dengan data pada buku jurnal pengeluaran kas, maka dapat digunakan berbagai metode yang berbeda untuk emmilih cek-cek manakah yang akan di uji. Auditor dapat (1) memilih 50 cek pertama yang tercatat dalam periode 1 minggu, (2) memilih 50 cek bernilai terbesar, (3) memilih cek-cek tersebut secara acak, atau, (4) memilih cek-cek yang menurut auditor memiliki kemungkinan kandungan kekeliruan yang besar.

Pemilihan Waktu yang tepat
            Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup periode waktu tertentu seperti satu tahun, pada umumnya proses audit baru selesai dilaksanakan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah berakhirnya suatu periode waktu. Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal suatu periode akuntansi atau lama setelah periode akuntansi itu berakhir.
            Berbagai prosedur audit seringkali menggabungkan antara ukuran sampel, item-item yang diuji, dan pemilihan waktu yang tepat kedalam prosedur audit. Berikut ini adalah suatu modifikasi dari prosedur audit diatas yang mencamtumkan keempat keputusan-keputusan bukti audit.
·    Ambilah buku jurnal pengeluaran kas bulan oktober dan bandingkanlah nama sipembayar, nilai uang dan tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal pengeluaran kas tersebut untuk suatu sampel yang dipilih secara acak atas 40 nomor cek.

Program Audit
  Daftar atas berbagai prosedur audit untuk area audit tertentu atau untuk keseluruhan proses audit disebut dengan program audit. Program audit selalu mengandung daftar rangkaian prosedur audit. Didalamnya pun seringkali mencakup pula ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan pengujian tersebut.
Mayoritas auditor menggunakan berbagai jenis komputer untuk mendukung persiapan program-program audit. Aplikasi komputer yang paling sederhana pun melibatkan pengetikan program audit kedalam suatu pengolah kata serta menyimpannya dari satu tahun ketahun berikutnya agar dapat memfasilitasi berbagai perubahan dan segera memperbaharuainya. 

PERSUASIVITAS BUKTI AUDIT
            Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah kompetensi dan kecukupan, yang langsung diambil dari standar pekerjaan lapangan ketiga.

            Kompetensi bukti merujuk pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya. Jika bukti audit dianggap memiliki kompetensi yang tinggi, maka bantuan bukti tersebut untuk meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sangatlah besar. Sebagai contoh jika perhitungan persediaan dilakukan oelh auditor, maka bukti audit yang diperoleh akan lebih kompeten daripada jika menajemenlah yang memberikan daftar perhitungan persediaan yang dibuatnya sendiri kepada auditor. Mayoritas auditor mempergunakan istialh keterpercayaan bukti sebagai sinonim dari kompetensi.
            Kompetensi bukti hanya berkaitan dengan prosedur-prosedur audit yang terseleksi.Tingkat kompetensi tidak dapat ditingkatkan dengan cara memperbesar ukuran sampel atau mengambil item-item lainnya dari suatu populasi. Tingkat kompetensi hanya dapat diperbesar dengan memilih berbagai prosedur yang mengandung tingkat kualitas yang lebih tinggi atas satu atau lebih dari ketujuh karakteristik kompetensi bukti audit berikut ini.
  1. Relevansi
Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat terpercaya
  1. Independensi penyedia bukti
Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih  dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas.
  1. Efektivitas Pengendalian Intern Klien
Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.
  1. Pemahaman Langsung Auditor
 Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik,  observasi, perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.   
      e.   Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi.
Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent, bukti audit tidak akan dapat dipercaya kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut memilikikualifikasi untuk melakukan hal itu.
  1. Tingkat obyektivitas.
Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. Berbagai contoh bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah data-data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang usang 



makalah auditing


TUJUAN DAN LAPORAN AUDIT
       I.            Tujuan Audit Menyeluruh
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah : untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan diukur berdasarkanasersi terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan, yang disebut dengan asersi manajemen. Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori :
1)      Keberadaan atau kejadian (existency or occurence). Asersi ini merupakanpernyataan manajemen aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan rugi laba benar-benar terjadi selama periode akuntansi.
2)      Kelengkapan (completeness). Kelengkapan berarti semua transaksi dan akun-akun yang seharusnya tercatat dalam laporan keuangan telah dicatat. Asersi kelengkapan berlawanan dengan asersi keberadaan. Jika asersi keberadaan tidak benar maka akunakan dinyatakan terlalu tinggi, sementara jika asersi kelengkapan tidak benar, maka akun akan dinyatakan terlalu rendah. Asersi kelengkapan  berkaitan dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan, sedangkan asersi keberaaan berkaitan dengan penyebutan angka yang seharusnya tidak dimasukkan.
3)      Hak dan kewajiban (rightsand obligations). Auditor harus memastikan apakah aktiva memang menjadi hak klien dan apakah kewajiban merupakan hutang pada tanggal tertentu.
4)      Penilaian atau aolkasi (valluation or allocation). Asersi ini menyangkut apakah aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, atau beban telah di cantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat.

Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Asersi ini menyangkut masalah apakah komponen komponen laporankeuangan telah diklasifikasikan, diuraikan, dan diungkapkansecara tepat. Pengungkapan berhubungan dengan apakah informasidalam laporan keuangan, termasuk catatan yang terkait, telahmenjelaskan secara gamblang hal-hal yang dapat mempengaruhi penggunaannya
    II.            Tahapan Dalam Menetapkan Tujuan Audit

1)      Menentukan Apakah Terdapat Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan dari Laporan Audit Jika ada kondisi terebut diidentifikasi dan dimasukkan dalam kertas kerja sebagai bahan diskusi untuk menentukan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan, jika tidak ada auditor akan menerbitkan laporan audit bentuk baku
2)      Memutuskan Tingkat Materialitas Tiap Kondisi Ketika terdapat penyimpangan dari GAAP atau pembatasan ruang lingkup audit, diputuskan apakah tidak material, material atau sangat materialSemua kondisi, kecuali bila terjadi ketiadaan independensi bagi auditor, hanya membedakan apakah tidak material atau materialMerupakan hal yang sulit dan membutuhkan pertimbangan yang matang
3)      Memutuskan Jenis Laporan Audit yang Tepat bagi Kondisi Tertentu
 Memutuskan jenis pendapat yang akan diberikan dengan bantuan suatu alat pembantu pembuat keputusan .Menuliskan Laporan Audit
4)      KAP memiliki suatu file komputer yang telah berisi kalimat yang tepat untuk masing-masing kondisi yang berbeda

 III.            Proses Pencapaian Tujuan Audit
Pembuatan laporan auditor adalah langkah terakhir dan palingpenting dari keseluruhan proses audit. Secara umum laporan auditor dapat didefinisikan sebagai laporan yang menyatakan pendapat auditor yang independen mengenai kelayakan atau ketepatan pernyataan klien bahwa laporan keuangannya disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntan yang berlaku umum, yang diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
Dalam menyiapkan dan menerbitkan sebuah laporan audit, auditor harus berpedoman pada empat standar pelaporan yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Terpenting, harus dilihat standar yang terakhir karena standar ini mensyaratkan suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atau pernyataan bahwa pendapat tidak dapat diberikan disertai dengan alasan-alasannya. Standar ini mensyaratkan adanya pernyataan auditor secara jelas mengenai sifat pemeriksaan yang telah dilakukan dan sampai dimana auditor membatasi tanggungjawabnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporanaudit bentuk baku. Menyadarfungsi utama laporan audit sebagaimedia komunikasi antara manajemen dengan pihak-pihak lain yangberkepentingan, maka dibutuhkan adanya keseragaman pelaporanuntuk menghindari kerancuan. Oleh karena itu standarprofesional telah merumuskan dan merinci berbagai jenis laporan audit yang harus disertakan pada laporan keuangan.

 IV.            Tipe Laporan Akuntan
. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit bentuk baku. Menyadarfungsi utamalaporan audit sebagai media komunikasi antara manajemendengan pihak-pihak lain yang berkepentingan, maka dibutuhkan adanyakeseragaman pelaporan untuk menghindari kerancuan. Olehkarena itu standar profesional telah merumuskan dan merinciberbagai jenis laporan audit yang harus disertakan pada laporan keuangan.
*      Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Kesimpulan ini dibuat hanya bilamana auditor telah merumuskan pendapat demikian berdasarkan suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing.
*      Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan auditan dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat auditor dalam paragraf pendapat.




    V.            Jenis Pendapat Akuntan
Terdapat beberapa jenis pendapat akuntan yang diberikannya berkenaan dengan suatu pemeriksaan umum, yaitu :
1)      Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
2)     Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory language)
3)       Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
4)       Pendapat tidak wajar (adverse opinion).
5)      Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).

Ø  Laporan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Istilah unqualified disini bukan berarti tidak memenuhi syarat atau tidak qualified. Arti  disini adalah tanpa kualifikasi (qualification) atau tanpa reserve atau tanpa keberatan-keberatan.Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikanmengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yangberlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan memadaidalam laporan keuanganLaporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum jika memenuhi kondisi-kondisi berikut :
a)      Prinsip akuntansi berlaku umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan
b)      Perubahan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum dari periode ke periodetelah cukup dijelaskan
c)      Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telahdigambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalamlaporan keuangan sesuai prinsip-prinsip akuntansi  yang berlaku  umum.
Ø  Laporan pendapat wajar tanpa pengecualian denganbahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory language).Laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangandan hasil usaha perusahaan klien namun ditambah dengan hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan.
Ø  Laporan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat ini hanya diberikan jika secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan olehklien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yangdikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Terdapat beberapa kondisi yang membuat auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian, yaitu:
a). Lingkup audit dibatasi oleh klien
b)     Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisikondisi yang berada di luar kekuasaan klien dan auditor.
c)      Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum
d)     Prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam penyusunan laporankeuangan tidak diterapakan secara konsisten. 
Ø  Laporan pendapat tidak wajar ( adverse opinion ) Pendapat tidak wajar diberikan jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisikeuangan, hasil usaha, perubahan saldo laba dan arus kas perusahaanklien. Auditor memeberikan pendapat tidak wajar jika tidak terdapatpembatasan bukti audit. Pendapat  tidak wajar merupakan kebalikanpendapat wajar dengan pengecualianAuditor memberikan  pendapat tidak  wajar jika ia tidak dibatasi lingkup  auditnya, sehingga  iadapamengumpulkan bukti kompeten dalam jumlahcukuuntuk mendukung pendapatnya.
Ø  Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Pernyataan tidakmemberikan pendapat diberikan auditor jika ia tidak berhasilmenyakinkan dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar.Pernyataan  tidak  memberikan  pendapat diberikan jika antara lain,terdapat banyak  pembatasan lingkup audit, hubungan yang tidak independen antara auditor dan klien. Masing-masing kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor  untuk dapat menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan secara keseluruhan.

 VI.            Pertimbangan Auditor Atas Entitas Dalam Mempertahankan Hidupnya
Masalah utama yang dihadapi oleh akuntan publik saat ini adalah berkurangnyakekuasaan mereka dalam melaksanakan penugasan. Seorang akuntan yang independen dituntut untuk bertindak sesuai dengan peraturan perundangandan kode etik profesi. Fenomena hubungan antara akuntan publik denganklien telah menjadi pusat perhatian bagi para pembuat keputusan, seperti investor,kreditor, dan pemegang saham. Mereka sangat menyadari adanyakemampuan yang dimiliki olepihak manajemen perusahaan.Pertama, kemampuan yang berkaitan dengan kecenderungan manajemenperusahaan untuk memanipulasi kinerja laporan keuangan perusahaandengan tujuan untuk mendapatkan penilaian yangpositif atas tanggung jawabnya sebagai pihak yang mengelola perusahaan.Kecenderungan ini dikenal dengan istilah window dressing, biasanyadilakukan dengan cara memperbaiki laporan keuangan sedemikian rupasehingga tampak lebih baik dari semestinya. Berbeda dengan profesi lain, auditor tidak dapat bertindak untuk kepentingan kliennya sebagaimana pengacara dengan kliennya. Meskipun dibayar oleh klien akuntan publik bekerja bagi kepentingan masyarakat umum. Auditor harus independen dalam dari segala kewajiban dan pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Ia harus pulamenghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakatmeragukan independensinya. Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitandalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggusikap mental independen auditor adalah sebagai berikut :
1.Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen,auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2.Kecenderungan untuk memuaskan kliennya.
3.Resiko kehilangan klien.
 Selama pemeriksaan auditor terus dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang seberapa banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan,jenis bahan bukti, dan tindakan apa yang harus diambil terhadap bahan bukti yang diperiksa. Secara umum materialitas sangat tergantung pada intuisi si auditor.Materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional. Salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaanyang melingkupinyadapat mengakibatkan perubahan atas ataupengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaanterhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor bukanlah pemberi jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan lainnya, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Auditor tidak dapat memberikan jaminan karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapatmenentukan semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas,digolongkan, dan dikompilasi dengan semestinya ke dalam laporan keuangan.Disamping itu tidaklah mungkin seseorang menyatakan keakuratanlaporan keuangan (ketepatan semua informasi yang disajikandalam laporan keuangan)mengingat bahwa laporan itu sendiri berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan dalam proses penyusunannya, yang seringkali pendapat, estimasi, dan pertimbangan tersebut tidak tepat atau akuratseratus persen. Oleh karena itu, dalam audit atas laporankeuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini :
1)      1.Jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan besertapengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2)      Bukti audit kompetentelah cukup dikumpulkan sebagaidasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3)      Dalam bentuk pendapat, bahwa laporan keuangan secarakeseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salahsaji material karena kekeliruan atau kecurangan.

Program Audit

Tak ada standar program audit untuk IT ataupun prosedur audit umum yang diterapklan  pada hardware dan software klien, arsitek dan tipologi jaringan, dan juga host lingkungan dan industry dengan tujuan spesifik.
Program Audit yang kita sajikan di bab ini adalah program audit yang umum, dan untuk detailnya disesuaikan dengan kebutuhan auditor.
Program Audit yang umum termasuk dalam komponen di bawah ini:
  • Lingkup Audit
  • Tujuan Audit
  • Prosedur Audit
  • Detail Administratif seperti perencanaan dan pelaporan
Program Audit, yang mana harus didokumentasikan dalam kertas kerja, menyajikan suatu template for the work to be performed. Setelah audit lengkap, program audit menyajikan dokumentasi as to who performed individual audit procedures and references pada kertas kerja dimana hasil masing-masing test dan langkah audit dapat dilihat.
Program Kerja Audit , atau cukup disebut program audit, merupakan rencana dan langkah kerja yang harus dilakukan/ diikuti oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit, yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta informasi yang ada tentang program/ aktivitas yang di audit. Ada beberapa manfaat dari penyusunan program kerja audit, antara lain:
  1.  Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan yang bisa dikomunikasikan kepada semua tim audit.
  2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para auditor dan supervisornya.
  3.  Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disetujui dan dengan standar serta persyaratan yang telah ditetapkan.
  4. Dapat membantu auditor yang belum berpengalaman dan membiasakan mereka dengan ruang lingkup, tujuan, serta langkah-langkah kegiatan audit.
  5. Dapat membantu auditor  untuk mengenali sifat pekerjaan yang telah dikerjakan sebelumnya.
  6. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.
Program kerja audit disusun untuk setiap tahap audit yang dilakukan. Program kerja audit pendahuluan mencakup pengumpulan informasi umum tentang objek yang diaudit, cara pelaksanaan prosedur, serta system operasional yang diterapkan dalam perusahaan tersebut.
Dalam tahap audit ini, auditor harus melakukan pengujian pendahuluan (preliminary test) atas informasi yang diperoleh untuk mengidentifikasi aktivitas yang masih memerlukan perbaikan. Identifikasi ini disebut possible audit objective . Hasil identifikasi ini kemudian di analisis untuk menentukan informasi yang dapat berkembang menjadi tujuan audit sementara (tentative audit objective). Dari bukti-bukti sasaran sementara ini auditor kemudian menetapkan langkah-langkah kerja spesifik yang diperlukan untuk tahap audit berikutnya.
Menyiapkan program audit pendahuluan merupakan wilayah yang penting dalam proses perencanaan dalam rangka menyusun program audit. Program ini merupakan daftar detail dari langkah analitis yang dilaksanakan selama proses audit. Persiapan dalam hal ini merupakan hal penting dalam memanajemen waktu untuk audit secara keseluruhan. Produktifitas auditor akan sangat tergantung pada kemampuan dan pengetahuan auditor individual atas area yang di review.
Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan dalam menyiapkan program audit pendahuluan adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan. Contoh program audit yang jelek adalah langkah dalam menentukan apakah semua order pembelian sudah jelas di tandatangani?. Langkah yang lebih baik adalah: membuat statistic yang signifikan atas contoh dari order pembelian dan membandingkan tandatangan dengan daftar tandatangan pemilik otoritas dalam rangka untuk menentukan apakah semua order pembelian telah pasti ditandatangani oleh yang berhak.
Pada tahap audit pengujian dan review atas pengendalian manajemen, program kerja audit biasanya memuat langkah-langkah audit yang bertujuan untuk menemukan bagian-bagian yang mengandung kelemahan pada System Pengendalian Manajemen yang diterapkan objek audit. Langkah-langkah kerja pada tahap audit ini harus mengarahkan auditor tidak hanya memperoleh informasi tentang keandalan system pengendalian manajemen tetapi juga memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk merumuskan secara tepat tujuan audit sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya(definitive audit objective).
Sedangkan program kerja audit untuk tahap audit lanjutan, memuat langkah-langkah rinci untuk mendapatkan bukti yang cukup, material dan relevan dalam mendukung temuan-temuan yang menjadi dasar rekomendasi (perbaikan). Program kerja audit pada tahap audit ini, harus memberikan panduan kepada auditor dalam pengembangan temuan yang dilakukannya.
Setiap program kerja audit biasanya mengandung 4 hal pokok , yaitu: 
1. Informasi pendahuluan
  • Informasi latar belakang mengenai program/ aktivitas yang diaudit yang berguna bagi para auditor dalam memahami dan melaksanakan program kerja auditnya. Bagian ini harus disajikan seringkas mungkin.
  • Komentar berbagai pihak yang berkompeten berkaitan dengan tujuan audit , termasuk komentar auditor sendiri.
2. Pernyataan tujuan  audit, menyajikan tentang:
  • Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan perbaikan yang diharapkan dapat tercapai.
  • Cara pendekatan audit yang dipilih
  • Pola pelaporan yang dikehendaki 
3. Instruksi-instruksi khusus
4. Langkah-langkah kerja
Langkah-langkah kerja memuat tentang pengarahan-pengarahan khusus pelaksanaan tugas audit, sesuai dengan tahap auditnya, yaitu: 
1. Audit pendahuluan meliputi:
  • Pembicaraan pendahuluan dengan objek yang diaudit
  • Pengumpulan informasi umum, penelaahan peraturan, evaluasi prosedur kerja, dan system operasional.
  •  Test pendahuluan atas informasi yang diperoleh guna identifikasi tujuan audit sementara.
  •  Pembuatan ikhtisar hasil audit pendahuluan
2. Review dan pengujian pengendalian manajemen.
  •  Pengujian pengendalian manajemen
  •  Pembuatan ikhtisar hasil temuan pengujian pengendalian manajemen.
3. Audit Lanjutan
  • Pengembangan temuan hasil pengujian pengendalian manajemen.
  • Penyajian hasil audit lanjutan (daftar temuan)
  • Pembahasan temuan dengan penanggung jawab audit
  • Pembahasan hasil audit lanjutan dengan objek audit
  •  Penyusunan rekomendasi
 Tipe Kertas Kerja Audit
Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
1.      Program audit (audit program)
2.      Working trial balance
3.      Ringkasan jurnal adjustment
4.      Skedul utama (lead schedule atau top schedule)
5.      Skedul pendukung (supporting schedule)
1.        Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang berlangsung.
2.    Working Trial Balance
Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial statements). Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit, working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klient serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembar kerja (work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
a.     Pengumpulan bukti transaksi
b.Pencatatan dan Penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
c.    Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
d.    Pembuatan lembar kerja
e.    Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan. Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung ( supporting schedules).
b.Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama ( lead schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
c.    Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjustment ke dalamworking trial balance.
d.    Penyusunan laporan keuangan auditan.
3.        Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnaladjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali ( reclassification entries) untuk unsur, yang meskipun tidak salah dicatat oleh klien, namun untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan yang wajar, harus digolongkan. Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor biasanya diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap. Jurnal adjustment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokkan yang benar dalam laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas kerja auditor; tidak untuk disarankan agar dibukukan ke dalam catatan akuntansi klien. Di lain pihak, jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien  untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Emudian jurnal-jurnal tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam skedul utama yang berkaitan ank e dalam working trial balance.
4.        Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan ke dalam kolom yang berkaitan dengan working trial balance.

5.        Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.

 Pemberian Indeks pada Kertas Kerja Audit
Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam bebagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut :
1)      Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2)      Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut :
a.     Indeks silang dari skedul utama.
b.Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
c.    Indeks silang antarskedul pendukung.
d.    Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
e.    Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f.     Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas kerja.
3)      Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

 Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja Audit
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1.      Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
2.      Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3.      Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.